PUASA: MUJAHADAH DENGAN MUROQOBAH
oleh: Hisyam Hidayatullah diadaptasi dari KH.Bachtiar Ahmad (Bagan siapi-api)
Alhamdulillah, sekarang kita kembali lagi ke bulan Ramadhan yang
penuh dengan rahmat dan berkah Allah Ta’ala bagi orang-orang yang
beriman, agar “ketakwaan” mereka makin bertambah. Bukan hanya sekadar
menjadi “bertakwa” sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman
Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Dari firman Alloh SWT di atas: puasa untuk orang yang beriman agar menjadi orang bertaqwa. Kata Iman dan Taqwa ini saling keterkaitan satu sama yang lain sama seperti LILLAH-BILLAH.
Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan, bahwa momentum c“puasa Ramadhan” adalah saat yang paling tepat bagi
Orang-orang yang beriman untuk memperbaiki kondisi dan nilai
ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, setelah 11(sebelas) bulan sebelumnya
dirinya terombang ambing dalam gelombang “turun naik” iman dan takwa
yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk memperbaiki dan sekaligus
meningkatkan nilai keimanan dan ketakwaannya, seseorang itu tidak dapat
dengan hanya semata-mata mengandalkan “mujahadah” atau berjuang
mengendalikan hawa nafsunya dalam ibadah puasa yang dikerjakannya. "AlMujahadah miftahul hidayah, laa mifta illa bihaa" kurang lebih: mujahadah adalah kunci hidayah, tidak ada kunci lain selainnya.
Dalam hal ini untuk mencapai dan mendapatkan hasil yang maksimal agar
nilai keimanan dan ketakwaan makin bertambah, maka disamping melakukan
“mujahadah” hendaklah di-ikuti dengan senantiasa melakukan “muroqobah”,
yakni hendaklah ia selalu merasa berada dalam pengawasan dan penglihatan
Allah Ta’ala
Syaikh Fathur-rahman mengatakan; bahwa “puasa”
dikategorikan ke dalam ibadah “sirr” yakni ibadah yang tidak bisa
dilihat secara lahiriah; Artinya seseorang tidak bisa melihat atau
mengetahui; apakah seseorang itu sedang melakukan puasa atau tidak.
Kondisi apakah seseorang itu sedang berpuasa atau tidak, hanya Allah
Ta’ala sajalah yang mengetahuinya.. Dan inilah salah satu makna dari
pernyataan Allah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis qudsi:
“Allah Ta’ala berfirman: “Setiap amal perbuatan anak Adam, yakni manusia
yang berupa kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya dengan sepuluh
kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya. Melainkan puasa, kerana
sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan
balasannya.” (HQ. Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a)
Syaikh
Abdullah menjelaskan, bahwa jika orang yang berpuasa itu hanya
melakukan “mujahadah” tanpa di-ikuti oleh keadaan “muroqobah”, maka
boleh jadi suatu ketika nilai ibadah puasanya menjadi tidak bernilai
sama sekali. Hal yang demikian ini sangatlah beralasan, sebab tanpa
menyadari diri dalam pengawasan Allah Ta’ala, dan walaupun secara
lahiriah tidak makan dan minum; akan tetapi penglihatan; pendengaran dan
pikiran bisa saja terkontaminasi oleh syahwat yang buruk. Sehingga pada
akhirnya seseorang yang berpuasa tidak aka mendapatkan apa-apa kecuali
“hanya sekadar menahan haus dan lapar” sebagaimana yang disebutkan oleh
Rasulullah SAW dalam salah satu hadis beliau.
Kata Syaikh Junaid
Al-Baghdadi; “Mujahadah (mengendalikan hawa nafsu)adalah sesuatu yang
mutlak dilakukan oleh orang-orang yang beriman; tapi jika muroqobah
(sadar diri senantiasa diawasi Allah) tidak dihadirkan; maka mujahadah
bisa saja sia-sia."
Dikuatkan oleh Alloh SWT: "INNANNAFSA LA AMMAROTUM BISSYU'I" sesungguhnya hawa nafsu selalu mengajak ke keburukan/kejahatan.
Sedangkan Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan:
“Hal pertama yang patut dilakukan oleh orang yang bermujahadah (berjuang
mengendalikan hawa nafsunya) adalah muroqobah, yakni merasakan
kehadiran Allah sebagai Yang Maha Melihat dan Yang Maha Mengawasi. Sebab
hal itu akan lebih menguatkan semangat dan keinginannya untuk
mengalahkan hawa nafsunya.” Dan hal ini sangatlah beralasan karena Allah
Ta’ala telah berfirman di dalam Kitab-Nya:
"dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Hadiid: 4)
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui (apa saja yang kamu perbuat)." (Q.S.Al-Baqarah: 115)
Tidak hanya dalam keadaan bersendirian; tapi dalam keadaan ramai dan
berkumpul dengan orang lainpun, Allah hadir di antara kita, sebagaimana
firman-Nya:
"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi?; Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. dan tiada
pula(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya.
dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka
berada; Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat
apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatunya." (Q.S. Al-Mujaadilah: 7)
Bahkan secara spesifik, yang berkaitan dengan puasa Ramadhan yang diperintahkan-Nya, Allah Ta’ala berfirman:
“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqarah:
186)
Sementara kedekatan Allah dengan kita, jauh lebih dekat dari organ tubuh yang melekat di badan kita, sebagaimana firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada
urat lehernya." (Q.S.Qaaf: 16)
“Mujahadah” yang di-ikuti dengan
“Muroqobah” yang kita lakukan, tidak hanya sekadar bermanfaat tatkala
kita menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan saja; Bahkan menjadi
lebih penting dan utama lagi di bulan-bulan berikutnya dalam rangka
menjaga dan menghidarkan diri dari perbuatan buruk atau kemungkaran yang
sangat-sangat dilarang oleh Allah Ta’ala.
Oleh sebab itu mari
kita mantapkan “muroqobah” dalam “mujahadah” yang kita lakukan dalam
kesempatan terbaik yang diberikan Allah Ta’ala di bulan Ramadhan ini.
Mudah-mudahan “rasa takut” yang kita milki untuk berbuat mungkar
benar-benar hanya karena Allah Ta’ala semata; bukan karena takut
dilihat dan diketahui oleh orang lain; entah itu atasan kita; teman
sejawat; Polisi; Jaksa; KPK; dan lain sebagainya. Wallahu'alam
Mudah-mudahan kita diberikan fadlol, taufiq, hidayah yang sebesar-besarnya dari Alloh SWT
@pakcham
# yaasayyidiiyaarosulallooh