Monday, July 6, 2015

PUASA: MUJAHADAH DENGAN MUROQOBAH

PUASA: MUJAHADAH DENGAN MUROQOBAH
oleh: Hisyam Hidayatullah diadaptasi dari KH.Bachtiar Ahmad (Bagan siapi-api)

Alhamdulillah, sekarang kita kembali lagi ke bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan berkah Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman, agar “ketakwaan” mereka makin bertambah. Bukan hanya sekadar menjadi “bertakwa” sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Dari firman Alloh SWT di atas: puasa untuk orang yang beriman agar menjadi orang bertaqwa. Kata Iman dan Taqwa ini saling keterkaitan satu sama yang lain sama seperti LILLAH-BILLAH.
Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan, bahwa momentum c“puasa Ramadhan” adalah saat yang paling tepat bagi
Orang-orang yang beriman untuk memperbaiki kondisi dan nilai ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, setelah 11(sebelas) bulan sebelumnya dirinya terombang ambing dalam gelombang “turun naik” iman dan takwa yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk memperbaiki dan sekaligus meningkatkan nilai keimanan dan ketakwaannya, seseorang itu tidak dapat dengan hanya semata-mata mengandalkan “mujahadah” atau berjuang mengendalikan hawa nafsunya dalam ibadah puasa yang dikerjakannya. "AlMujahadah miftahul hidayah, laa mifta illa bihaa" kurang lebih: mujahadah adalah kunci hidayah, tidak ada kunci lain selainnya.
Dalam hal ini untuk mencapai dan mendapatkan hasil yang maksimal agar nilai keimanan dan ketakwaan makin bertambah, maka disamping melakukan “mujahadah” hendaklah di-ikuti dengan senantiasa melakukan “muroqobah”, yakni hendaklah ia selalu merasa berada dalam pengawasan dan penglihatan Allah Ta’ala
Syaikh Fathur-rahman mengatakan; bahwa “puasa” dikategorikan ke dalam ibadah “sirr” yakni ibadah yang tidak bisa dilihat secara lahiriah; Artinya seseorang tidak bisa melihat atau mengetahui; apakah seseorang itu sedang melakukan puasa atau tidak. Kondisi apakah seseorang itu sedang berpuasa atau tidak, hanya Allah Ta’ala sajalah yang mengetahuinya.. Dan inilah salah satu makna dari pernyataan Allah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis qudsi: “Allah Ta’ala berfirman: “Setiap amal perbuatan anak Adam, yakni manusia yang berupa kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya. Melainkan puasa, kerana sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.” (HQ. Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a)
Syaikh Abdullah menjelaskan, bahwa jika orang yang berpuasa itu hanya melakukan “mujahadah” tanpa di-ikuti oleh keadaan “muroqobah”, maka boleh jadi suatu ketika nilai ibadah puasanya menjadi tidak bernilai sama sekali. Hal yang demikian ini sangatlah beralasan, sebab tanpa menyadari diri dalam pengawasan Allah Ta’ala, dan walaupun secara lahiriah tidak makan dan minum; akan tetapi penglihatan; pendengaran dan pikiran bisa saja terkontaminasi oleh syahwat yang buruk. Sehingga pada akhirnya seseorang yang berpuasa tidak aka mendapatkan apa-apa kecuali “hanya sekadar menahan haus dan lapar” sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadis beliau.
Kata Syaikh Junaid Al-Baghdadi; “Mujahadah (mengendalikan hawa nafsu)adalah sesuatu yang mutlak dilakukan oleh orang-orang yang beriman; tapi jika muroqobah (sadar diri senantiasa diawasi Allah) tidak dihadirkan; maka mujahadah bisa saja sia-sia."
Dikuatkan oleh  Alloh SWT: "INNANNAFSA LA AMMAROTUM BISSYU'I" sesungguhnya hawa nafsu selalu mengajak ke keburukan/kejahatan.
Sedangkan Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan: “Hal pertama yang patut dilakukan oleh orang yang bermujahadah (berjuang mengendalikan hawa nafsunya) adalah muroqobah, yakni merasakan kehadiran Allah sebagai Yang Maha Melihat dan Yang Maha Mengawasi. Sebab hal itu akan lebih menguatkan semangat dan keinginannya untuk mengalahkan hawa nafsunya.” Dan hal ini sangatlah beralasan karena Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Kitab-Nya:
"dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Hadiid: 4)
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (apa saja yang kamu perbuat)." (Q.S.Al-Baqarah: 115)
Tidak hanya dalam keadaan bersendirian; tapi dalam keadaan ramai dan berkumpul dengan orang lainpun, Allah hadir di antara kita, sebagaimana firman-Nya:
"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi?; Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. dan tiada pula(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada; Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya." (Q.S. Al-Mujaadilah: 7)
Bahkan secara spesifik, yang berkaitan dengan puasa Ramadhan yang diperintahkan-Nya, Allah Ta’ala berfirman:
“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqarah: 186)
Sementara kedekatan Allah dengan kita, jauh lebih dekat dari organ tubuh yang melekat di badan kita, sebagaimana firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Q.S.Qaaf: 16)
“Mujahadah” yang di-ikuti dengan “Muroqobah” yang kita lakukan, tidak hanya sekadar bermanfaat tatkala kita menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan saja; Bahkan menjadi lebih penting dan utama lagi di bulan-bulan berikutnya dalam rangka menjaga dan menghidarkan diri dari perbuatan buruk atau kemungkaran yang sangat-sangat dilarang oleh Allah Ta’ala.
Oleh sebab itu mari kita mantapkan “muroqobah” dalam “mujahadah” yang kita lakukan dalam kesempatan terbaik yang diberikan Allah Ta’ala di bulan Ramadhan ini. Mudah-mudahan “rasa takut” yang kita milki untuk berbuat mungkar benar-benar hanya karena Allah Ta’ala semata; bukan karena takut dilihat dan diketahui oleh orang lain; entah itu atasan kita; teman sejawat; Polisi; Jaksa; KPK; dan lain sebagainya. Wallahu'alam
Mudah-mudahan kita diberikan fadlol, taufiq, hidayah yang sebesar-besarnya dari Alloh SWT
@pakcham
# yaasayyidiiyaarosulallooh

No comments:

Post a Comment