TANGAN MENCENCANG BAHU MEMIKUL
oleh: Hisyam Hidayatullah diadaptasi dari KH.BACHTIAR AHMAD(Bagan siapi-api)
“Tangan mencencang bahu memikul” adalah sebuah ungkapan atau peribahasa/pepatah Melayu yang memberi pengajaran kepada setiap orang, bahwa “siapa saja yang berbuat kesalahan, maka dia sendirilah yang akan menanggung akibatnya.” Akan tetapi sebagaimana yang pernah saya sampaikan melalui tulisan yang berjudul “Nilai dakwah dalam ungkapan Melayu”, bahwa ungkapan atau peribahasa/pepatah Melayu tersebut tidak hanya memiliki nilai filosopi lahiriah yang bersangkut paut dengan urusan dunia. Melainkan boleh jadi ungkapan atau pepatah petitih itu adalah semacam tafsir dari Firman Allah Ta’ala atau Hadis Nabi SAW yang sangat bermanfaat untuk menambah atau meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (khususnya) di kalangan orang Melayu.
Nah, berkaitan dengan masalah ungkapan atau peribahasa “Tangan mencencang bahu memikul” di atas, maka Al-Quran dan Sunnah (Hadis) Nabi SAW secara jelas dan tegas menyebutkan, bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas apa saja akibat atau buah perbuatannya selama ia hidup di dunia; khususnya perbuatan jahat yang ia lakukan sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah Ta’ala:
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Q.S.Al-Qiyamah: 36)
Dari firman di atas jelas bahwa: Alloh swt akan meminta pertanggungjawaban kepada kita, hidup kita untuk apa? apa untuk LILLAH-BILLAH apa untuk LINNAFSI-BINNAFSI. bahkan ditanya mana yang satu detik, satu jam kok tidak sadar kepada Alloh SWT.
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S.Al-Muddats-tsir: 38)
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk men mikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.” (Q.S.Fathir: 18)
Mari kita sadarkan diri kita untuk senantiasa Fafirruilalloh Warosulihi SAW, semakin kita mendekat kepada Alloh maka Alloh akan mendekat 10 x lipat walaupun kita berlarut-larut dalam dosa. "WALA TAYASU MIN RAHMATILLAH" jangan berputus asa dalam mencari rahmat Alloh SWT
Adapun tanggung jawab seseorang atas apa yag dilakukannya, maka tatkala masih di dunia tentulah masih bisa “membela diri” atas semua perbuatan/kesalahan yang dilakukan. Lantaran di hadapan sidang “pengadilan dunia” orang yang bersalah masih bisa berbicara membela dirinya; baik dengan lisannya sendiri maupun dengan perantaraan para saksi dan kuasa hukum (pembela) yang diminta untuk itu. Namun ketika diri sudah berada dalam “mahkamah Allah”, dimana dirinya akan berhadapan langsung dengan Allah, maka sedikitpun tidak ada celah bagi seseoran.g untuk membela dirinya sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah Hadis bahwa:
“Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun di antara kamu, melainkan ia akan diajak bicara oleh Allah dengan berhadapan muka, tiada penerjemah antara dirinya dengan Allah. Lalu ia akan melihat ke sebelah kanannya dan tiadanya selain yang dilihatnya selain amal perbuatannya sendiri; Melihat pula ke sebelah kirinya, maka tiadalah yang dilihatnya selain amal perbuatannya sendiri. Kemudian ia melihat di hadapannya, maka tiadalah yang dilihatnya kecuali neraka yang menyongsong wajahnya. Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari neraka, walaupun hanya dengan menyedekahkan setengah butir kurma.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dan At-Tirmidzy dari ‘Adiy bin Hatim r.a)
Oleh sebab yang demikian itulah, sebelum “bahu memikul” apa yang “dicencang tangan”, maka hendaklah kita berhati-hati dalam setiap tindakan dan perkataan, karena sekecil apapun akibat dari perbuatan tersebut akan mendapat balasan dari Allah Ta’ala sebagaimana Firman-Nya:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. // Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Q.S.Al-Zalzalah: 7-8)
Mudah-mudahan dengan sedikit tulisan ini kita (khususnya orang Melayu), bisa lebih banyak memaknai dan memahami apa yang tersurat dan tersurat dalam setiap ungkapan atau peribahasa/pepatah yang ada untuk menambah keimanan dan keta’atan kepada Allah Ta’ala. Sebab bagaimanapun juga sejak dulu sudah dikatakan, bahwa landasan adat istiadat kehidupan orang Melayu itu adalah: “Adat bersendi syarak; syarak bersendikan Kitabullah dan As-Sunnah.”
Wallahua’lam.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
@pakcham
#yaasayyidiiyaarosulallooh
oleh: Hisyam Hidayatullah diadaptasi dari KH.BACHTIAR AHMAD(Bagan siapi-api)
“Tangan mencencang bahu memikul” adalah sebuah ungkapan atau peribahasa/pepatah Melayu yang memberi pengajaran kepada setiap orang, bahwa “siapa saja yang berbuat kesalahan, maka dia sendirilah yang akan menanggung akibatnya.” Akan tetapi sebagaimana yang pernah saya sampaikan melalui tulisan yang berjudul “Nilai dakwah dalam ungkapan Melayu”, bahwa ungkapan atau peribahasa/pepatah Melayu tersebut tidak hanya memiliki nilai filosopi lahiriah yang bersangkut paut dengan urusan dunia. Melainkan boleh jadi ungkapan atau pepatah petitih itu adalah semacam tafsir dari Firman Allah Ta’ala atau Hadis Nabi SAW yang sangat bermanfaat untuk menambah atau meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (khususnya) di kalangan orang Melayu.
Nah, berkaitan dengan masalah ungkapan atau peribahasa “Tangan mencencang bahu memikul” di atas, maka Al-Quran dan Sunnah (Hadis) Nabi SAW secara jelas dan tegas menyebutkan, bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas apa saja akibat atau buah perbuatannya selama ia hidup di dunia; khususnya perbuatan jahat yang ia lakukan sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah Ta’ala:
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Q.S.Al-Qiyamah: 36)
Dari firman di atas jelas bahwa: Alloh swt akan meminta pertanggungjawaban kepada kita, hidup kita untuk apa? apa untuk LILLAH-BILLAH apa untuk LINNAFSI-BINNAFSI. bahkan ditanya mana yang satu detik, satu jam kok tidak sadar kepada Alloh SWT.
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S.Al-Muddats-tsir: 38)
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk men mikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.” (Q.S.Fathir: 18)
Mari kita sadarkan diri kita untuk senantiasa Fafirruilalloh Warosulihi SAW, semakin kita mendekat kepada Alloh maka Alloh akan mendekat 10 x lipat walaupun kita berlarut-larut dalam dosa. "WALA TAYASU MIN RAHMATILLAH" jangan berputus asa dalam mencari rahmat Alloh SWT
Adapun tanggung jawab seseorang atas apa yag dilakukannya, maka tatkala masih di dunia tentulah masih bisa “membela diri” atas semua perbuatan/kesalahan yang dilakukan. Lantaran di hadapan sidang “pengadilan dunia” orang yang bersalah masih bisa berbicara membela dirinya; baik dengan lisannya sendiri maupun dengan perantaraan para saksi dan kuasa hukum (pembela) yang diminta untuk itu. Namun ketika diri sudah berada dalam “mahkamah Allah”, dimana dirinya akan berhadapan langsung dengan Allah, maka sedikitpun tidak ada celah bagi seseoran.g untuk membela dirinya sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah Hadis bahwa:
“Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun di antara kamu, melainkan ia akan diajak bicara oleh Allah dengan berhadapan muka, tiada penerjemah antara dirinya dengan Allah. Lalu ia akan melihat ke sebelah kanannya dan tiadanya selain yang dilihatnya selain amal perbuatannya sendiri; Melihat pula ke sebelah kirinya, maka tiadalah yang dilihatnya selain amal perbuatannya sendiri. Kemudian ia melihat di hadapannya, maka tiadalah yang dilihatnya kecuali neraka yang menyongsong wajahnya. Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari neraka, walaupun hanya dengan menyedekahkan setengah butir kurma.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dan At-Tirmidzy dari ‘Adiy bin Hatim r.a)
Oleh sebab yang demikian itulah, sebelum “bahu memikul” apa yang “dicencang tangan”, maka hendaklah kita berhati-hati dalam setiap tindakan dan perkataan, karena sekecil apapun akibat dari perbuatan tersebut akan mendapat balasan dari Allah Ta’ala sebagaimana Firman-Nya:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. // Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Q.S.Al-Zalzalah: 7-8)
Mudah-mudahan dengan sedikit tulisan ini kita (khususnya orang Melayu), bisa lebih banyak memaknai dan memahami apa yang tersurat dan tersurat dalam setiap ungkapan atau peribahasa/pepatah yang ada untuk menambah keimanan dan keta’atan kepada Allah Ta’ala. Sebab bagaimanapun juga sejak dulu sudah dikatakan, bahwa landasan adat istiadat kehidupan orang Melayu itu adalah: “Adat bersendi syarak; syarak bersendikan Kitabullah dan As-Sunnah.”
Wallahua’lam.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
@pakcham
#yaasayyidiiyaarosulallooh
No comments:
Post a Comment